Sunday 26 April 2015

Mbah Suminem, My Hero

Dalam hidup, pasti ada orang-orang yang punya jasa besar untuk kita. Buat saya, bapak dan ibu adalah orang yang paling berjasa. Masih lekat dalam ingatan bagaimana mereka berjuang membesarkan saya. Pada waktu itu keadaan ekonomi keluarga masih memprihatinkan. Bapak bekerja sebagai tukang kayu. Sedangkan ibu sering membantu di sawah tetangga. Saya masih ingat betul pada waktu itu ibu dibayar dua ribu rupiah sehari untuk memetik cabai di sawah. Keadaan orang tua saya mulai membaik ketika merintis usaha pabrik tahu yang alhamdulillah hasilnya bisa buat makan sampai saat ini.

Selain ibu dan bapak, ada satu orang lagi yang berjasa dalam hidup saya. Beliau bernama Mbah Suminem. Mbah Suminem adalah dukun bayi yang membantu persalinan ibu. 

Saya dilahirkan bukan di daerah yang saya tempati sekarang. Alamat lengkap tempat saya dilahirkan adalah Dusun Kudusan, Kelurahan Tirto, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang. Tempat tersebut adalah daerah asal bapak saya. Dusun tersebut adalah dusun tertinggi di kaki Gunung Andong bagian barat. Di atas dusun tersebut sudah tidak ada dusun lagi. Bisa dibayangkan bagaimana suasana alam dan kondisi sosial masyarakat di sana.

Pada waktu saya dilahirkan, dukun bayi jauh lebih tinggi popularitasnya dibandingkan bidan. Mayoritas penduduk desa menggunakan jasa dukun bayi untuk membantu proses persalinan. Mbah Suminem adalah salah seorang dukun bayi yang sering dimintai tolong pada waktu itu. Beliau berasal dari tetangga dusun yang bernama Dusun Sejaran. Jarak antara Dusun Kudusan dan Dusun Sejaran sebenarnya kalau ditarik garis lurus tidak begitu jauh. Tetapi jalan yang tersedia harus memutar cukup jauh sehingga tidak mungkin jika ditempuh berjalan kaki. Ada jalan pintas yang bisa dilalui tetapi jalannya sulit dan harus menembus semacam bukit kecil yang di kiri kanannya adalah ladang. Pada musim hujan jalan tersebut akan menjadi sangat licin. Jalan pintas tersebut hanya bisa dilalui dengan jalan kaki saja. Melalui jalan pintas yang kecil dan sulit inilah Mbah Suminem menuju dusun kami.

Sayang sekali saya tidak mempunyai foto Mbah Suminem. Beliau selalu mengenakan semacam sorban di atas kepalanya, pakaian khas masyarakat desa waktu itu. Saat ini beliau sudah meninggal karena memang sudah sepuh. Ketika saya berumur lima tahun, beliau sepertinya sudah berumur 70-80 tahun. Bagaimanapun juga, beliau adalah orang yang membantu saya keluar untuk menatap dunia. Beliau adalah salah satu pahlawan dalam hidup saya. Semoga amal beliau diterima di sisiNya. Allahummaghfirlaha warhamha wa 'aafiha wa'fu'anha. Amin.

No comments:

Post a Comment